Selasa, 01 Agustus 2017

Cerita Kuliner Trip: Bertamu ke Rumah Einstein di Bern, Swiss - nuraisya blog

Masih dari negeri yang asri dan cantik, kota berikutnya adalah Bern yang merupakan pusat pemerintahan Swiss. Selama perjalanan ke Bern sempat mengobrol ringan dengan salah satu penduduk asli yang lagi-lagi dengan ramah menjawab semua pertanyaanku. Kebetulan dia adalah teknisi kereta api yang sedang dalam perjalanan dinas untuk mengikuti meeting rutin di Bern. Cerita punya cerita ternyata dia pernah berlibur ke Bali dan mengaku mengalami kendala dengan cuaca di sana. Kulit mereka langsung merah seperti kepiting rebus terkena sorotan matahari Bali, kebalikan dengan kami yang mengkerut ketika terkena salju di Titlis hahaha... Seru ngobrol, tanpa terasa kereta pun memasuki stasiun Bern.

Rabu, 18 September 2013
Bern
Kembali disambut oleh gerimis tipis di perjalanan menuju hostel, karena letaknya di kaki bukit plus nenteng-nenteng koper akhirnya kami memilih merogoh kocek sedikit untuk naik furnicular (sejenis tram tapi untuk permukaan yang menanjak seperti bukit). Sama seperti Lucerne, kami memilih tinggal di youth hostel, dengan catatan tidak ada fasilitas lift di sini jadi siap-siap saja melatih otot mengangkat koper ke lantai tiga (pengalaman pribadi). Segera setelah check in dan menitipkan koper untuk mengirit waktu kami langsung lanjut ke tujuan pertama kami yaitu Bern House.

Banyak sekali patung-patung seperti ini bertebaran di pusat kota Bern. Bila diperhatikan lebih dekat banyak yang horor.

Bern House
Rumah yang berlokasi di pusat kota Bern ini adalah tempat kediaman Einstein muda. Ya, Albert Einstein dengan teorinya yang super terkenal itu. Siapa sih yang tidak kenal dengan teori relativitas e=mc2. Bern House terletak di lantai dua sebuah flat. Di meja resepsi kami disambut oleh seorang wanita berparas Asia-Jepang yang sangat ramah sekali. Dari dialah kami membeli tiket dan mendapat penjelasan sekilas mengenai Bern House, tidak berlama-lama kami langsung berkeliling mengitari rumah mungil tersebut. Tidak memakan waktu lama sudah selesai satu putaran, bahkan sambil bernarsis ria hampir di setiap penjuru ruangan. Sayang dengan harga tiket kami menyempatkan diri untuk menonton film dokumenter di salah satu ruangan yang khusus disediakan, banyak fakta menarik yang baru kami ketahui dari sana tentang seorang Albert Einstein yang jenius.

Penerima tamu yang super duper ramah di Bern House, ya iyalah kita kan sudah jadi sumber pemasukan di sini.
Ruang tamu yang sederhana tapi manis, masih terjaga dengan baik pula.
Pemandangan dari salah satu jendela Bern House, salah satu view favorit.
Ceritanya sih jadi penghuni rumah, tapi kok lebih ke pembantu lagi nyiram tanaman majikan.
Leny yang dengan patuhnya mau bergaya seperti pengunjung intelek hahaha...

Bern Clock Tower
Selepas dari Bern House masih di komplek yang sama kita bisa mengunjungi Clock Tower yang merupakan salah satu objek wisata yang terkenal. Menara yang sudah berdiri sejak 800 tahun silam ini pernah berfungsi sebagai menara pengawas, penjara dan menara jam. Yang unik dari menara jam ini adalah konstruksi jamnya yang lengkap dengan jam astrologi atau zodiak-nya.

Selfie time, kali ini difotokan oleh Leny di depan Bern Tower
Salah satu fitur yang unik sekaligus klasik, astral clock
Pancuran yang kalau diperhatikan seksama agak mengerikan, tapi menolong banget buat refill botol minum gratis.
Dilihat dari sudut manapun seperti berada di sebuah kota dalam buku cerita bergambar yang sering kubaca waktu kecil.

Bear Park
Masih di komplek yang sama, kami menuju ke taman beruang yang menurut pengakuan dari teman satu kereta kami merupakan salah satu tempat wisata di Bern. Setelah sampai di sana ternyata hanya sebuah taman dengan beberapa beruang yang sedang berleyeh-leyeh menikmati jam tidur siang mereka. Yang istimewa taman beruang ini sudah berdiri sejak ratusan tahun lalu dan merupakan kediaman sekaligus tempat pembiakan beruang coklat yang tak lain merupakan simbol dari kota Bern. Tak heran di setiap penjuru kota kita banyak menemui ornamen berbentuk beruang. Selain beruang, pemandangan dari sini juga cantik. Kita bisa melihat hampir sebagian besar kota Bern dari sini karena lokasinya yang memang agak di puncak.

Celengan donasi untuk si beruang maskot kota.
Salah satu beruang yang baru saja terjaga dari tidurnya.
Blok-blok jalan di area Bear Park, bisa dilihat terukir nama-nama di atasnya. Kalau ada yang tau ini mewakili apa boleh dibagi infonya sedikit di ruang comment di bawah. Sangat membantu rasa penasaran saya...
Pemandangan mengagumkan lainnya dari kota Bern
Salah satu katedral di Bern
Gerbang masuk ke taman kota, lagi-lagi dengan maskot beruang
Banyak yang sedang bersantai sambil menikmati pemandangan dan udara segar di taman... hmmm enaknya jadi penduduk negeri ini. Selain tempat sampah yang hampir ada di setiap beberapa langkah, kembali lagi kesadaran dari penduduk sendiri yang sangat berperan untuk menjaga kebersihan bersama.
Iseng berpose di salah satu papan catur raksasa di taman bersama dengan Leny
(difotokan oleh Cecil)

Bern Parliament House
Kalau yang satu ini sebetulnya agak di luar rencana. Karena terjebak hujan saat jalan sore di taman tidak sengaja lihat antrian panjang. Iseng-iseng tanya ke petugas yang jaga dengan terbata-bata, ternyata antrian tersebut untuk masuk ke sidang terbuka anggota dewan rakyat mereka. Jadilah kami turut mengantri di sana, karena jumlah pengunjung yang dibatasi otomatis harus masuk bergiliran. Setelah beberapa orang keluar akhirnya tiba giliran kami untuk masuk. Namanya juga masuk gedung pemerintahan, yang pasti harus melewati pemeriksaan dan semua barang yang kami bawa harus disimpan di loker penitipan. Kemudian kami diarahkan untuk masuk ke bagian podium atas ruang sidang, yang mana pemimpinnya adalah seorang perempuan dengan bahasa yang asing di telinga. Jadilah kami hanya pelangak-pelongok menyimak ala kadarnya, sambil celingukan melihat interior dan suasana di dalam ruang sidang. Usai menonton sidang kami kembali ke hostel untuk merapikan kamar (ciri khas youth hostel adalah ambil dan pasang seprai dan sarung bantal sendiri alias self service). Lanjut dengan makan malam dengan memanaskan makanan cepat saji yang sudah dibeli di Coop. Seperti biasa aktivitas malam hari di kota Swiss berakhir lebih cepat, jadi kalau ingin berbelanja sebaiknya jangan melebihi jam 8 malam.

Kartu pengunjung yang ditukar dengan paspor untuk bisa masuk ke sidang parlemen Swiss
Gedung parlemen, model gedung MPR gitu lah
Gedung parlemen di malam hari, foto ini diambil saat perjalanan dari hostel ke pusat kota untuk belanja oleh-oleh sambil mengisi waktu di malam hari. Yup, hostel kami terletak di kaki bukit pusat kota, lumayan menguras tenaga saat perjalanan bolak-balik.
Naik furnicular untuk mengirit tenaga menanjak bukit dari hostel menuju ke stasiun kereta untuk bertolak ke kota sekaligus negara berikutnya
Yak, tiba juga saatnya untuk berpisah dengan negeri yang asri dan damai ini untuk lanjut ke negara selanjutnya. Negara yang sudah menjadi cita-cita sedari kecil untuk bisa menginjakkan kaki di sana, yaitu Perancis. Oiya, jangan lupa untuk belanja beraneka coklat, karena Swiss merupakan salah satu negara yang terkenal dengan produksi coklat-nya. Sampai jumpa di kisah tertunda selanjutnya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar