Senin, 09 Desember 2013

Cerita Kuliner Trip: 10 Things We Do In Rome - nuraisya blog

Kalian pasti pernah dengar pepatah "Banyak jalan menuju Roma", kali ini pepatah tersebut akhirnya terbukti dalam salah satu fase perjalanan hidupku. Setelah perjuangan yang cukup panjang dan melelahkan demi visa Schengen akhirnya berhasil juga menjejakkan kaki di Roma. Di post kali ini, aku akan membahas apa aja sih yang kami lakukan selama dua hari di Roma. So here we go...

Rabu, 11 September 2013
01. Papal Audience
St.Peter's Square
Buat yang baru dengar istilah ini, Papal Audience adalah kesempatan untuk bisa bertatap muka dan melihat Paus secara langsung. Papal Audience untuk umum diadakan setiap hari Rabu dan berlokasi di St.Peter's Square, Vatican. Sebetulnya untuk bertemu dengan Paus sama sekali tidak dipungut biaya, asal tahan berdiri dan berdesak-desakan di tengah kerumunan sepanjang acara. Tapi bila ingin mendapatkan tempat yang lebih eksklusif dan melihat Paus lebih dekat, sebaiknya mengambil paket tour seperti yang kami lakukan hari itu. Dengan booking online seharga US$43 sebelum berangkat, pada hari itu kami cukup berkumpul di titik yang sudah ditentukan untuk kemudian dipandu oleh tour guide kami berbaris masuk ke barisan tempat duduk yang sudah disediakan. Posisinya pun cukup dekat dengan rute Paus ketika berkeliling menyapa para umatnya.

Tips: Karena acara yang cukup lama dari pagi sampai lewat siang hari, jangan lupa untuk membawa perbekalan yang cukup. Terutama makanan dan minuman, walaupun di sekitar situ banyak penjaja makanan tapi harga yang ditawarkan relatif lebih mahal bisa sampai dengan 4x lipat dari harga normal. Waktu itu kami pergi tanpa persiapan, akhirnya terpaksa merogoh kocek €2 hanya untuk sebotol kecil air mineral (terpaksa beli 1 botol patungan berdua dengan teman, minumnya pun irit dihitung tegukan demi tegukan :p). Karena kami pergi masih di penghujung musim panas, topi atau payung juga wajib hukumnya (ga mau kan foto-foto liburan kamu berakhir dengan muka gosong, apalagi perjalanan masih panjang).

Paus Fransiskus menyapa para peserta Papal Audience dari dekat

02. Colosseum
Tampak luar Colosseum, bagian belakang
Selepas siang, tepatnya sesudah mengikuti Papal Audience dan makan siang. Kami segera meluncur ke Colosseum, walaupun sempat kecewa saat melihat hampir separuh sisi luar Colosseum lagi-lagi dibentengi dengan kerangka besi untuk konservasi. Untuk bisa masuk ke dalam cukup mengantri sebentar dan membayar tiket seharga €12, dimana aku sempat terperangah sebentar melihat betapa besar dan megahnya bangunan yang dibangun berabad-abad lalu ini. Sebuah bangunan raksasa yang di masa jayanya merupakan tempat para gladiator bertarung antara hidup dan mati hanya demi hiburan untuk para pembesar semata. Memang cukup tragis kalau kini tempat ajang pembantaian tersebut jadi tempat wisata yang terkenal dan selalu padat pengunjung. Tak menunggu lama, kami langsung sibuk berfoto-foto ria sambil mencari-cari setting film Hollywood "Jumper" yang tokoh utamanya bisa teleportasi menyelinap masuk ke bagian dalam Colosseum (yang memang saat kami ke situ tidak terbuka untuk umum). Tak lupa naik ke bagian atas Colosseum untuk mengambil foto dan berkeliling sebentar di bagian museum untuk melihat patung yang konon merupakan gladiator jagoan alias juara bertahan, blueprint colosseum dan masih banyak peninggalan-peninggalan lainnya.

Bagian dalam arena Colosseum, diambil dari lantai atas (bagian podium penonton).

03. Basilica St.Clement
Plang penunjuk arah
ke Basilica St.Clement

Lokasinya cukup dekat dari Colosseum, walau untuk sampai ke sana kami harus menanyakan arah ke beberapa warga lokal. Untuk bisa masuk ke Basilica St.Clement sebetulnya gratis, tapi saat keluar seorang pria akan menunggu dengan keranjang anyaman kecil dan postur seakan-akan menagih uang sumbangan. Bagian interior gereja yang didedikasikan untuk Paus Clement I ini sangat indah, sayang ada larangan mengambil foto selama berada di dalam gereja. Di gereja ini juga terdapat ruangan bawah tanah, walau sedikit lembab dan menakutkan aku tetap ikut berkeliling sampai ke ujung (walau gelendotan di lengan teman hehehe...) Di ujung lorong bawah tanah terdapat ruangan yang berisi bak air kecil seperti mata air. Sempat melihat ada yang minum dan cuci muka di situ, tapi tidak berani ikutan mengingat lokasinya yang agak gelap dan lembab (siapa yang tahu ada apa di dalam sana...).

Tips: Sebelum keluar dari sini lebih baik siapkan dulu uang kecil, jangan sampai seperti aku yang kelabakan cari uang kecil saat keluar dan salah kasih uang koin dengan pecahan yang cukup besar.


04. Trevi Fountain
Nah, kalau yang satu ini siapa sih yang tidak kenal. Kolam yang satu ini selain tempat nongkrong yang asyik (ramai sekali dengan turis maupun warga lokal yang nongkrong), juga terkenal dengan mitos melempar koinnya. Lempar koin sekali maka kamu akan kembali lagi ke Roma, lemparan kedua kamu akan menemukan cinta, dan dengan lemparan ketiga kamu akan menikah. Yang pasti wajib hukumnya melempar koin kalau sudah sampai di Trevi. Sempat baca juga di salah satu artikel kalau melempar koin harus dengan tangan kanan melalui bahu kiri supaya manjur. Ada juga aturan lainnya kalau melempar koin harus sambil membelakangi kolam, memejamkan mata dan memohon. Sayangnya aku baru tau soal aturan ini setelah kembali dari Eropa, jadi kemarin hanya lempar koin ke belakang dengan duduk membelakangi kolam saja.

Tips: Kalau mau irit siapkan dan bawa koin recehan Rupiah dari Indonesia untuk ritual mitos ini.

Kolam Trevi dengan patung Dewa Neptunus dan kuda-kuda laut yang mengelilinginya.

05. Parliament House
Gedung parlemen ini sebetulnya tidak ada di jadwal tujuan kami, tapi tidak sengaja kami lewati saat dalam perjalanan dari Trevi menuju Pantheon. Kalau di Indonesia mungkin kita lebih mengenal dengan sebutan gedung MPR. Kebetulan saat itu, penjagaan di depan gedung ini lumayan ketat terlihat dari banyak penjaga yang sedang berkeliaran dan ada mobil van stasiun televisi lokal yang parkir di sekitar situ. Bingung juga sih melihat kondisi tersebut, tapi saat lebih maju ke depan ternyata sedang ada unjuk rasa. Tapi unjuk rasa yang tergolong damai, tidak seekstrim yang sering kita lihat di Indonesia. Kalau dari spanduk yang kubaca sih, demo ini terkait tentang penelitian "stem cells" salah satu metode penyembuhan yang sedang in di dunia medis saat ini. Tidak berlama-lama di sini, kami pun melanjutkan perjalanan ke Pantheon.

Sempat foto salah satu spanduk demo, akhirnya ada juga yang berbahasa Inggris (yang lainnya Italiano)

06. Pantheon
Patung Yesus di dalam
Pantheon
Pantheon merupakan bangunan bergaya Romawi kuno yang semula berfungsi sebagai kuil tempat memuja dewa-dewa Romawi. Seperti arti dari kata Pantheon dalam bahasa Yunani yang berarti tempat berkumpulnya para dewa. Namun kemudian beralih fungsi menjadi gereja Katolik yang didedikasikan untuk St.Mary dan para martir. Di depan Pantheon sendiri merupakan tempat berkumpul yang asyik, kalau dipikir di Roma banyak sekali tempat nongkrong santai seperti ini. Plaza ini dikenal dengan nama Piazza della Rotonda,  kami juga sempat nongkrong sebentar di sini sambil menikmati para seniman yang menunjukkan aksi mereka masing-masing di berbagai penjuru plaza. Ditemani dengan cahaya jingga dari langit senja dan alunan musik dari salah satu lagu favoritku "Love Story", dipopulerkan oleh Andy Williams yang secara kebetulan sedang dimainkan kala itu merupakan salah satu momen yang tidak akan terlupa dari benakku sampai pikun nanti (romantis banget ya...)

Tampak depan Pantheon, sewaktu kami tiba masih agak terang
 
07. Spanish Steps
Fountain of The Ugly Boat, karya Bernini
Setelah bersantai sejenak di Piazza della Rotonda, kami bergegas melanjutkan perjalanan menuju ke tujuan berikut yaitu Spanish Steps di Piazza di Spagna. Karena perjalanan dari Pantheon ke sini lumayan jauh, saat kami tiba hari sudah gelap. Gelap di sini artinya sudah sangat malam (di belahan Eropa fase perputaran matahari cenderung lebih lama). Dikarenakan kaki kami yang sudah menjerit capek dan perut yang sudah teriak kelaparan membuat kami agak malas untuk berkeliling lebih jauh di area ini, alhasil cuma foto-foto sejenak di kaki tangga saja (buat bukti sudah pernah ke Spanish Steps hehehe). Selain tangga yang di puncaknya terdapat Gereja Trinità dei Monti dan Kedutaan Spanyol, di sini juga terdapat air mancur berbentuk perahu yang memiliki kisah unik, konon si pembuat perahu tersebut Bernini terinspirasi oleh perahu sungguhan yang terdampar ke tengah kota saat terbawa banjir. Berangkat dari sini kami langsung mencari tempat makan dan pulang ke hostel untuk isi energi buat keesokan harinya.

Tips: Kehidupan malam di Roma tidak selalu bersahabat, sebagai contoh saat kami sedang berfoto di Spanish Steps ada pria mencurigakan yang sedang mengincar tas salah satu temanku. Kebetulan ia menaruh tasnya di lantai saat mengambil foto kami, jadi waspada waspadalah... seperti pesan Bang Napi.

Saat ambil foto ini loh, tas temanku sudah menjadi incaran.
Sampai tidak berani minta retake, karena sudah menyadari ada gelagat tidak beres di depan mata kami.
 
Kamis, 12 September 2013
08. Vatican Museum
Berpose geje di Vatican Museum
Difotokan oleh Leny
Tidak terasa baru istirahat sejenak sudah pagi lagi, saatnya bersiap-siap untuk perjalanan di Roma berikutnya. Diawali dengan seduhan susu coklat serta bubur gandum instan yang khusus dibawa dari rumah, karena di hostel hanya menyediakan croissant (disimpan buat bekal darurat di jalan) sembari memanfaatkan fasilitas dapur di hostel (alias ngirit). Setelah semua siap, kami bergegas menuju ke Museum Vatican yang letaknya tidak jauh dari St.Peter's Square tempat Papal Audience kemarin. Kami memilih untuk ke sini di hari yang berlainan karena kalau dipaksakan pergi kemarin setelah Papal Audience takutnya di sini akan ramai sekali. Dan benar saja, di pagi itu kami sudah dihadapi dengan antrian masuk yang lumayan panjang. Sempat tergoda untuk mengambil jalan pintas seperti yang ditawarkan oleh orang India yang mengaku sebagai tour guide. Ia menawarkan paket tour dengan harga yang lumayan dengan janji bisa bebas antrian masuk dan bisa memasuki beberapa wilayah di dalam museum yang tertutup untuk umum. Selagi ia sibuk menawarkan jasanya ke temanku, aku bertanya ke turis yang mengantri di depan kami apakah harga yang ia tawarkan itu pantas. Dan dengan baik hatinya sepasang turis yang dari Spanyol tersebut langsung menunjukkan harga tiket masuk (hasil search mereka di smartphone) yang sebetulnya jauh dari harga yang ditawarkan orang India tadi. Akhirnya kami memutuskan untuk bersabar antri, dan tanpa terasa sekitar 20 menit kemudian kami akhirnya tiba di depan pintu masuk.

Langit-langit pun dipenuhi lukisan
Setelah melewati pemeriksaan dan membeli tiket masuk seharga €16, kami pun masuk ke dalam museum dengan sedikit terseret arus manusia yang penuh memadati lorong-lorong museum. Pemandangan di dalam museum sangatlah memukau, sembari berjalan mata, lengan dan leher tidak berhenti bekerja. Bagaimana tidak sekeliling ruangan dan lorong museum dipenuhi dengan karya-karya seni dari zaman Renaissance, mulai dari tembok, jendela, bahkan sampai ke langit-langit. Kamera pun selalu standby untuk menjepret hasil karya manusia yang mengagumkan ini, walaupun kebanyakan sambil mendongak. Di ujung lorong terdapat Sistine Chapel yang terkenal dengan lukisan "The Last Judgment" karya dari Michelangelo di langit-langitnya. Karena Sistine Chapel merupakan tempat ibadah maka ada larangan untuk tidak berisik dan dilarang mengambil foto selama di sini. Banyak petugas yang berjaga di sini dan tidak segan-segan untuk menegur para pelanggar larangan tersebut, "No photo please!" atau "Sttt...!" sering sekali terlontar dari mulut mereka.

Setelah puas berkeliling sambil menganga melihat lukisan-lukisan, kami keluar ke halaman tengah untuk menyeberang ke sisi lain museum. Di sini terdapat banyak karya pahatan patung-patung dewa-dewi Yunani, dari beberapa yang berhasil kukenali adalah Artemis (dewi perburuan), Venus, Cupid, dan Hercules. Setelah puas berfoto geje ria di sini kami pun segera melanjutkan ke tujuan berikutnya St.Peter's Basilica.

Halaman tengah Vatican Museum
Patung-patung di dalam Museum Vatican
 
09. St. Peter's Basilica
Tampak luar St.Peter's Basilica, tidak seramai saat Papal Audience
Saatnya kembali lagi ke St.Peter's Square hanya saja kali ini kami masuk ke dalam gerejanya, St.Peter's Basilica. Masuk ke St.Peter'sBasilica tidak perlu merogoh kocek alias gratis, hanya perlu sabar mengantri saja. Lagi-lagi aku shock terperangah melihat bagian dalam gereja yang satu ini, memang Eropa bertangan dingin dalam mendirikan bangunan yang megah, kokoh namun sarat dengan nilai seni. Setiap sudut bangunan dipenuhi dengan detail ukiran yang didominasi dengan warna emas. Di dalam gereja ini juga terdapat patung Bunda Maria yang sedang memangku Yesus, atau yang lebih dikenal dengan nama  Pietà karya lainnya dari Michelangelo. Makam berbagai generasi Paus dan kapel kecil juga terdapat di bawah tanah gereja ini. Setelah puas menjelajahi bagian dalam gereja, kami pun berencana untuk makan siang walaupun saat itu sudah tergolong agak telat untuk disebut makan siang.

Interior St.Peter's Basilica

10. St. Peter's Basilica's Dome
St.Peter's Basilica Dome
Diambil dari teras atas

Tepat setelah kami keluar dari pintu samping gereja, saat me-refill botol minum kami melihat ada barisan yang sedang antri di depan sebuah loket. Cari-cari info sejenak ternyata barisan tersebut merupakan antrian untuk membeli tiket masuk ke Peter's Basilica Dome (puncaknya St.Peter's Basilica). Setelah berembuk, akhirnya kami putuskan urusan makan bisa menunggu mumpung di sini harus manfaatkan waktu sebaik-baiknya. Selama mengantri kami melihat kalau harga tiket terbagi atas 2 jenis, yang tediri dari paket lift €7 dan tangga €5. Setelah tanya lebih jauh ternyata bedanya adalah 320 anak tangga + lift untuk paket lift, dan 551 anak tangga untuk paket normal. Sebaiknya ambil paket lift, karena aku sudah merasakan sendiri bagaimana rasanya sudah tertolong naik lift di awal sekalipun tidaklah cukup. Masih butuh perjuangan yang berat untuk bisa menempuh 320 anak tangga sisanya, apalagi kalau full lewat tangga. Sebetulnya ada banyak faktor penyebabnya, pertama anak tangga yang semula terlihat ringan semakin ke atas semakin sempit sangat tidak disarankan untuk yang menderita fobia tempat tinggi dan tempat sempit. Faktor kedua, siang itu kami masih belum makan apa-apa sejak sarapan dan croissant (bekal darurat), padahal hari sudah hampir sore. Faktor ketiga adalah barang bawaanku, satu tas kamera SLR, satu ransel peralatan darurat dan minuman, dan khusus hari itu ditambah dengan tas belanjaan berisi satu kotak puzzle 1000 pieces oleh-oleh dari Vatican Museum. Jadi lengkaplah sudah penderitaanku hari itu, untung saja ada beberapa tempat perhentian kecil yang diselipkan oleh perancang bangunan ini untuk beristirahat. Sempat mampir sejenak untuk beristirahat di salah satu ceruk, senyum-senyum malu dengan sepasang kakek nenek (sambil berpikir canggih juga ya mereka masih kuat mendaki ke puncak sini), mereka sedang beristirahat tidak jauh dari tempatku. Kalau tidak mungkin aku akan menarik tombol panggilan darurat yang selalu menggoda di setiap sudut tangga, sembari bersyukur untung tadi naik lift. Setelah memaksakan diri untuk terus naik dengan tas dan bawaan yang nyangkut sana-sini karena medan yang semakin sempit. Akhirnya kulihat secercah cahaya, tiba juga di atas hip hip hura....

Puncak dome dari bagian dalam
Akhirnya udara segar...
Setelah sampai di puncak rasa lelah yang tadi membebani kaki langsung rontok seketika. Perjuangan untuk bisa sampai ke puncak terbayar sudah dengan pemandangan kota Roma yang cantik dan susah dideskripsikan dengan kata-kata (ada beberapa foto yang bisa dilihat di bawah tulisan ini). Hampir seluruh kota Roma bisa kita lihat dari puncak St.Peter's Basilica. Langsung segar seketika dan mengeluarkan kamera untuk langsung mengabadikan pemandangan cantik yang sedang kulihat. Bertambah lagi pengalaman yang tidak akan kulupakan dalam salah satu fase hidupku.

Tips: Untuk yang bawa kamera atau smartphone dan berniat untuk mengabadikan momen selama di puncak St.Peter's Basilica sebaiknya bawa baterai cadangan atau power bank. Karena ada kejadian seorang turis bule yang sudah capek-capek sampai di puncak ternyata baterai kameranya mati. Setelah celingak-celinguk cari pinjaman baterai, akhirnya ia menghampiriku (sempat geer sebentar disamperin bule, yang taunya cuma mau pinjam baterai). Akhirnya dengan baik hatinya aku pinjamkan, dengan syarat tidak boleh foto jauh-jauh dari pandanganku (maaf ya, bukannya tidak percaya tapi baterai itu nyawa selama bepergian).

St.Peter's Square diambil dari puncak St.Peter's Basilica
I'm like a bird I like to fly away....
Sudah segar kembali setelah turun dari atas, mampir dulu untuk foto-foto di teras atas St.Peter's Basilica
Difotokan oleh Cecil, sampai jumpa di review selanjutnya ^-^

Rabu, 27 November 2013

Cerita Kuliner Trip: Grand Bazaar & Around Town, Touristanbul (part 4) - nuraisya blog

10 September 2013
Grand Bazaar
Nah, ini dia tempat yang dinanti-nanti terutama buat para shopaholic, surganya belanja di Istanbul. Cukup lurus mengikuti jalan utama dan jalur trem di depan Hagia Sophia dan sedikit bertanya-tanya di sana-sini akhirnya kami tiba di Grand Bazaar dengan berjalan kaki. Di sini terdapat beraneka macam barang mulai dari peralatan dapur, sabun mandi, alat musik, suvenir, pakaian, tas dan masih banyak lagi barang-barang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Dan yang lebih istimewa lagi semua barang yang dijual di sini relatif lebih murah ketimbang di tempat lain asaaallll..... kalian tidak sungkan-sungkan untuk menawar. Menurut info orang lokal, harga barang yang ditawarkan bisa ditawar sampai dengan setengah bahkan sepertiganya. Yang penting jeli menilai harga dari suatu barang, jangan terlalu pasrah tapi juga jangan terlalu ngotot dalam menawar bisa-bisa dimaki penjualnya.

Grand Bazaar, kalau saja Turki bukan tujuan awal pasti sudah belanja segudang pecah belah
Mangkuk, piring semuanya dipenuhi ukiran yang cantik khas Turki
Lapar mata saat melewati penjual es krim khas Turki. Setelah sedikit atraksi dari si mas, es krim strawberry plus taburan pistachio pun siap disantap. Es krim nya liat dan lengket sekali, sekalipun cuaca Istanbul saat itu panas terik si es krim tidak cepat lumer.
Penjual suvenir yang ramah sekali, satu-satunya orang Turki yang bisa menebak secara tepat dan langsung benar kalau kami ini turis dari Indonesia sembari menunjukkan plang tokonya saat kami bertanya-tanya kok bisa? Jadi kalau ke Istanbul, tepatnya di daerah sekitar Grand Bazaar boleh mampir ke sini untuk berbelanja oleh-oleh.

Setelah puas berkeliling dan berbelanja di dalam Grand Bazaar, saatnya untuk melanjutkan perjalanan ke beberapa tempat sembari kembali ke Airport Ataturk. Tentu saja sambil mampir sana-sini dulu untuk jajan, beli Turkish Delight untuk oleh-oleh, es krim khas Turki, menyantap Kebab, mampir sejenak di Masjid Baru (New Mosque) dan Taman Topkapi yang luas sekali. Setelah itu baru kami kembali ke airport dengan menggunakan tram yang bisa terbilang transportasi yang cukup cepat dan praktis. Sampai jumpa lain waktu Istanbul..... byeeee.....

Selasa, 26 November 2013

Cerita Kuliner Cook: Piece Of Pancake - nuraisya blog

After last weekend eating Nanny's Pavillon pancake, now it's time to make my own pancake. I got this recipe from my aunty whose teaching cooking class, so I guess it's worth to try. The recipe and the making itself quite simple, so here we go.


Best served while still hot
Okay, that's the easy five steps even I can make Pancake (considering my skill in cooking ^-^ ). Hoping more to come in this "Cook" section, you're most welcome for any suggestions and critics. Thanks and bubye...

You can add honey, maple syrup, jam, ice cream and any other topping you like
This is the self raising flour my aunty recommend

    Kamis, 21 November 2013

    Cerita Kuliner Nanny's Pavillon: Sewing Room @ Gandaria City - nuraisya blog

    Last Saturday me and my best friend Tika decided to used our Nanny's Pavillon promo coupon that I bought earlier from Groupon Indonesia. So we agreed to meet at Nanny's Pavillon Sewing Room, Gandaria City Mall. Why there? Because Gandaria City is the most fair place to meet during our holiday, considering the distance between mine and Tika's place. And the most of all we've never eat at Nanny's Pavillon Sewing Room before. What makes it different from any other Nanny's Pavillon branches? Of course it differs, every Nanny's Pavillon branches are unique, there's none that a kind between them including Sewing Room.

    Nanny's Pavillon logo
    Inside and outside dining place, below my friend Tika is taking a shot
    Located on the Mainstreet UG Gandaria City Mall, you can almost recognized this restaurant from afar. With it's country style furniture, sewing props and big logo on the display window. You can choose to sit inside to enjoy the sewing room environment or outside the restaurant if you like much brighter feel and space, we prefer to sit outside that day. Actually this is my second Nanny's Pavillon experience, the first one was at Nanny's Pavillon Terrace, Central Park Mall check here for the blog link. As you can see below, the environment inside the restaurant filled with sewing props such as line of threads on the wall, rolls of cloth on the inner side next to the cute dresses and collection of buttons in jars. And there is a long dining table that has sewing machine on both end of the table, ohhh I soo sooo love to eat here.

    Sewing attribute scattered around the restaurant
    Lovely dresses, cloths, buttons, ribbons and other sewing props
    And now onto the menu we eat that day, there is various menu provided here but we're not going to brought all that up after all we're still girls with little stomach to fill. We're just want to enjoy good atmosphere while spending the weekend with girly talks and delicious food, specially pancakes. Here we can find many homey recipe's pancakes you all gonna love.

    Pancakes and waffles menu
    Alvin's Black Crunchy Caramel Pancake
    IDR 39.000 (before tax & service)
    Soft and thick original pancake served with oreo flakes, one scoop of vanilla ice cream and caramel sauce spread on top. The taste of course delicious, and the portion is adequate, eating one alone is enough to fill your tummy instantly. For you who love the original taste of pancake, this menu is a good choice.

    Ynez's Blueberry Cheese Roll Pancake
    IDR 39.000 (before tax & service)
    A thinner and crispier pancake with cream cheese rolled inside, served with one scoop of vanilla ice cream and blueberry sauce on top. These one I can say suited for cheesy fans just like my friend. The taste of cheese almost dominating the full flavor of this pancake. Combined with the sweet and sour came from blueberry sauce make the taste quite unique in a delicious way of course.

    Nanny's Cocktail Blueberry
    IDR 49.000 (before tax & service)
    This refreshing drink actually can cover for four persons. Served in a bottle, when the waitresses serve this drink they always offer to pour it to our glasses. Contained fresh fruits cuts such as mango, apple, pear, strawberry, blueberry with blueberry extract. If you like more fresh and sour taste you can choose this flavor, but if not you can try other flavor available which is mango. They both taste good and refreshing.

    This one is me, this lovely picture was taken by Tika. Thanks dear :)
    That conclude my review on Nanny's Pavillon Sewing Room, hoping to see you all on my next review about other Nanny's Pavillon branches with their all uniqueness and other delicate meal that still waiting to tried on the menu. So until then... ^-^

    Nanny's Pavillon
    https://www.facebook.com/nannys.pavillon

    Nanny's Pavillon Sewing Room
    Gandaria City Mall
    Mainstreet UG Floor, Unit M-U09
    Jakarta

    Rabu, 20 November 2013

    Cerita Kuliner Trip: Basilica Cistern & Museum Hagia Sophia, Touristanbul (part 3) - nuraisya blog

    10 September 2013
    Basilica Cistern
    Selepas dari Sultan Ahmed Square kami segera digiring menuju ke pintu masuk Basilica Cistern, tempat penyimpanan air bawah tanah kota Istanbul. Seperti biasa si ganteng menjelaskan sekilas tentang objek wisata yang menakjubkan ini. Berawal dari sebuah basilica (gereja Katolik yang besar) di masa awal berdirinya, yang kemudian beralih fungsi menjadi istana, tempat penyimpanan air kota sampai dengan kini menjadi objek wisata. Nama lain Basilica Cistern dalam bahasa Turki sendiri berarti "Istana yang tenggelam". Tak heran pemandangannya sangatlah cantik, dengan pilar-pilar yang diterangi lampu sorot. Yang perlu dicatat mengambil foto di sini sangatlah susah, karena kondisi penerangan yang relatif gelap. Tapi pemandangannya sangat spektakuler, jadi merupakan salah satu objek wisata yang harus dikunjungi.

    Setelah bersusah payah akhirnya dapat beberapa foto yang cukup layak untuk dipajang

    Setelah selesai menjelaskan, si ganteng lagi-lagi memberikan waktu bebas untuk kita berkeliling. Ada beberapa sudut yang bisa dikunjungi di dalam Basilica Cistern ini, di ujung sekali terdapat pilar penyangga yang beralaskan kepala medusa dengan posisi yang tidak lazim. Dimana salah satu kepalanya diletakkan terbalik dan satunya lagi dalam posisi miring. Sedangkan di sudut lainnya agak lebih di tengah terdapat wishing pond, kita bisa melemparkan koin ke dalam air sambil memohon sesuatu. Yah, iseng keluarin uang receh buat wishing apa salahnya kan, kali-kali saja terkabul. Oiya, hati-hati sewaktu melempar koin ke dasar jangan sampai menimpuk ikan-ikan yang sedang berenang di dalamnya.



    Museum Hagia Sophia
    Saatnya kembali ke permukaan, setelah sempat silau sejenak kami segera dibawa menuju Museum Hagia Sophia yang berlokasi tidak jauh dari situ. Sebetulnya untuk masuk ke sini antriannya cukup lumayan, tapi karena kita tamu istimewa jadi si ganteng yang menguruskan semuanya untuk kami. Setelah tiket masuk di tangan, kami segera masuk dan kembali terpukau melihat struktur bangunan lawas yang masih kokoh sampai dengan detik ini. Semua itu tidak lepas dari usaha restorasi dan perawatan yang rajin dilakukan, seperti apa yang kami lihat hari itu. Yup, hari itu hampir separuh lantai dasar interior Museum Hagia Sophia tertutup dengan rangka-rangka besi yang menjulang sampai ke langit-langit. Sedih memang tapi yah apa mau dikata.

    Tampak depan Museum Hagia Sophia
    Apa sih keunikan dari Hagia Sophia? Berawal dari sebuah katedral, yang kemudian pada saat pendudukan Ottoman beralih fungsi menjadi sebuah masjid dengan beberapa penambahan fitur-fitur masjid pada bagian eksterior maupun interior. Sampai dengan beralih fungsi kembali menjadi sebuah museum di tahun 1935 sampai dengan sekarang, membuat bangunan ini memiliki perpaduan budaya yang beraneka ragam.

    Mosaik Bunda Maria berkolaborasi dengan tulisan Arab di sepanjang dinding
    Beberapa ornamen yang ditambahkan semasa bangunan ini berfungsi sebagai masjid

    Beberapa penambahan yang dilakukan selama peralihan fungsi Hagia Sophia menjadi masjid, bisa dilihat pada tempat wudhu berwarna emas yang terdapat di pelataran depan, empat menara di sekeliling bangunan yang berfungsi untuk mengumandangkan adzan, tempat-tempat lilin yang bergantungan, mimbar dan beberapa ornamen lainnya.



    Tanda mata dari Touristanbul, foto bareng ma si abang ganteng
    Salah satu koleksi foto dari kamera Cecil, thanks yahhh
    Setelah puas berkeliling di dalam Hagia Sophia, kami diberikan waktu bebas untuk berbelanja di sekitar situ. Sebelum akhirnya dibawa kembali ke Tamara Restaurant untuk makan siang (lagi-lagi gratis). Setelah bertanya-tanya tentang arah ke Grand Bazaar dan cara kembali ke airport, kami pun memutuskan untuk berpamitan dengan si abang seusai makan untuk melanjutkan sendiri tour kami di Istanbul hari itu (biar puas keliling dan belanja ceritanya) di review selanjutnya tentunya, soo byee for now ^-^