Selasa, 01 Agustus 2017

Cerita Kuliner Trip: Mengejar Salju Abadi ke Puncak Titlis, Swiss - nuraisya blog

Tanpa terasa sudah setahun berlalu sejak menginjakkan kaki ke Swiss, sempat mandek nulis blog karena sibuk mungkin terdengar klise. Tapi lanjuuut aja dengan sedikit nyicil, ngikutin pepatah "lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali". Selamat membaca...

Senin, 16 September 2016
Lucerne
Perjalanan kereta kali ini cukup panjaaang, maklum lintas antar negara. Bertolak dari Milan menuju Lucerne via stasiun kecil Chiasso, perbatasannya Italy dan Swiss. Selepas Chiasso, mata langsung jarang berkedip karena dimanjakan dengan pemandangan alam yang menyegarkan di kedua sisi kereta. Swiss memang oke banget buat yang suka menghabiskan liburan dengan tenang dan jauh dari hiruk pikuk kota. Selain negaranya yang asri dan cantik, penduduknya juga ramah-ramah. Saat naik kereta saja ada seorang ibu penduduk asli yang tanpa ditanya menjelaskan tentang sebuah gereja yang bisa dinikmati hampir dari segala penjuru, dikarenakan jalur kereta yang memutari gereja tersebut. Sekilas info tersebut pun berlanjut ke obrolan-obrolan ringan sebagai pengisi waktu perjalanan kami. Tiba di Lucerne gerimis lagi-lagi menyambut, sepertinya cuaca sedang tidak bersahabat belakangan ini. Ditambah lagi untuk membeli tiket bis di mesin hanya menerima pecahan uang kecil. Oh iya, mata uang yang digunakan di sini adalah Swiss Franc (CHF) loh. Untungnyaaaa.... kemarin sudah sempat menukar koin-koin Rupiah dengan recehan berbagai negara di toples barteran koin Ostello Bello. Jadilah kami memilah-milah apakah ada recehan CHF dari dompet masing-masing, yang anehnya cukup untuk ongkos kami saat itu. Ketahuan kan pada ga pake malu2 ngembat recehan orang, lumayan modal gopek ceceng bisa dapat 0.5-2 Franc. Yahh, yang penting bisa sampai ke Luzern Youth Hostel, tempat berteduh malam ini.

Pemandangan negeri ini bagaikan berada di dunia mainan
Para petugas yang berjaga di perbatasan Chiasso, kemarin sempat ada salah satu penumpang kereta yang digiring turun.

Selasa, 17 September 2014
Lucerne
Setelah cukup beristirahat malam sebelumnya, sekarang saatnya untuk mengeluarkan senjata perang yaitu long john untuk menghadapi dinginnya salju di puncak Titlis (musuh banget sama yang namanya dingin, bayanginnya aja dah bikin begidik brr.....). Ga pake lama langsung antri paling depan buat sarapan, masih sereal dan roti. Berbekal tiket bis yang bisa dipakai sampai 24 jam ke depan sejak tiket diceklok pertama kali, berangkatlah kami ke stasiun. Sesampainya di stasiun langsung membeli tiket kereta menuju Engelberg, tempat Gunung Titlis berada. Karena ga mau repot, beli yang PP dengan waktu fleksibel seharga CHF 34.8 atau sekitar IDR 435.000 Tidak lupa mampir sebentar di Coop (model-model Indomaret-nya Swiss) untuk belanja cemilan dan bekal makan siang, karena banyak yang bilang beli makan di atas Titlis cukup mahal.

Menunggu kereta menuju Engelberg, buat yang kedinginan bisa menunggu di kubikel-kubikel kecil yang dilengkapi dengan penghangat
Mata tetap segar dan melek sepanjang perjalanan walau sudah bangun pagi-pagi sekali, pemandangan di luar jendela sangat sayang untuk dilewatkan

Engelberg
Mt.Titlis
Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam yang tidak begitu terasa karena terlalu bersemangat buat lihat gunung bersalju (norak mode on), kereta yang kami tumpangi merapat ke stasiun Engelberg. Tepat di depan stasiun sudah disediakan bis gratis khusus menuju ke Titlis. Berhubung masih pagi antrian membeli tiket tidak begitu panjang, sayangnya cuaca yang tidak cerah mengakibatkan beberapa wahana ditutup karena faktor keamanan. Sedikit sayang sih karena tidak bisa memanfaatkan maksimal tiket terusan seharga CHF 86 tersebut. Tapi namanya sudah sampai di sana pasti tetap beli dan memilih menaiki gunung yang memiliki ketinggian 3.238 m tersebut (walau naiknya pake cable car). Ada 3 perhentian di Titlis, yang pertama adalah Gerschnialp pada ketinggian 1300 m. Dicapai dengan cable car kecil, buat yang hobi hiking atau bersepeda santai sambil menikmati hijaunya pepohonan bisa singgah di sini. Rinder Titlis di 2075 m. Klein Titlis atau puncak yang terbuka untuk umum di 3020 m, di sini terdapat gua glacier, restoran dan Titlis Cliff Walk. Di sini kita juga bisa menikmati pemandangan pegunungan dari sebuah jembatan yang kokoh, dengan catatan cuaca cerah ya. Hari itu sih sepanjang mata memandang hanya warna putih karena sedang badai salju ringan. Kalau soal dingin ga usah ditanya lagi, ampun-ampun dah buat makhluk tropis yang satu ini ditambah lagi dari dulu emang ga kuat sama yang namanya dingin. Ke Puncak Pass aja meringkuk kedinginan, apalagi ngadepin badai salju. Untungnya kali ini bisa bertahan sampai menyeberangi jembatan di puncaknya, ya iyalah sudah berbekal baju, celana dan kaus kaki berlapis dan yang paling utama adalah NIAT! (ga mau rugi juga sih hahaha)

Di sebelah kiri adalah satu wahana yang ditutup karena cuaca buruk, padahal pengen banget nyobain gimana rasanya duduk dengan kaki menjuntai di atas gunung salju.
Tidak tanggung-tanggung tujuan pertama langsung puncaknya Titlis dengan menaiki cable car yang berlainan di tiap perhentian. Setibanya di puncak wahana pertama yang terlihat adalah gua es kecil, sebentar saja sudah selesai satu putaran. Seharusnya ada wahana satu lagi yaitu berseluncur dengan ban di salju tapi lagi-lagi tutup karena cuaca. Di sini juga terdapat restoran dan toko suvenir, buat yang belum bawa perlengkapan baju dingin bisa beli di sini modelnya juga lucu-lucu cuma soal harga yah tau sendiri lah. Naik ke atas saatnya bersiap-siap, karena di balik pintu hujan salju sudah menderu-deru di tengah hamparan selimut putih. Benar saja begitu membuka pintu seluruh badan serasa tertampar oleh hawa dingin, terutama wajah. Sempat tertahan sebentar ketika dua di antara kami ragu untuk melangkah maju. Sedang yang seorang lagi sudah meluncur duluan, aku pun segera mengikuti. Kapan lagi bisa sampai ke sini nikmatilah selagi bisa hanya itu saja yang kupikirkan sambil melangkah perlahan karena takut terpeleset dalam kondisi pandangan yang terbatas. Dan ternyata kedua teman yang lain akhirnya menyusul, yeayyy our team is back.

Sempat berpose sebentar di gua es, masih pakai pashmina buat menutup kepala dari hawa dingin.
Entah kenapa liat menara yang satu ini langsung teringat film James Bond
Inilah jembatan besi tempat kita bisa melihat pegunungan Alpen (seharusnya...hik3)
Biar kata salju sudah mulai lebat tetap berpose dulu (buat yang jeli bisa liat akhirnya beli topi suvenir dari Titlis karena kedinginan, thanks Tius for the pic)
Salah satu pendaki yang berhasil membawa nama Indonesia ke puncak Titlis
Puas bermain-main di tengah hujan salju, saatnya kembali ke dalam untuk menghangatkan diri. Selain tangan dan kaki yang mulai beku, perut juga sudah berontak nagih makan siang. Sedikit note nih buat yang bawa bekal sendiri ga boleh ikutan makan di ruang food court, walau terkenal ramah penduduk Swiss tidak segan menegur orang yang melanggar peraturan. Tapi tenang, banyak tempat duduk kok di selasar. Bekal sudah berpindah ke perut yukkk turun dari puncak ke tujuan berikut, danau di pertengahan Titlis. Siap-siap takjub di sini, semua pemandangan yang sewaktu kecil cuma bisa dilihat di kartu-kartu Natal serasa muncul dalam wujud tiga dimensi. Tiga huruf buat deskripsiin apa yang kulihat saat itu "WOW", setidaknya kecewa karena tidak bisa melihat pegunungan Alpen bisa terobati sedikit di sini.

Danau yang diincar sejak di cable car sudah di depan mata, makin semangat buat meluncur ke sana
Naik-naik ke puncak gunung, tinggi... Tinggi sekali.
Kiri kanan kulihat saja, banyak pohon cemaraaa....
(Thanks Cecil for the pic)
Mejeng sebentar di pondok tepi danau
(Thanks Len for the pic)
Cable car, sarana utama selama di Titlis
Engelberg dari atas cable car, persis seperti kota mainan
Hotel dan penginapan di kaki Gunung Titlis
Tidak terasa tiba saatnya untuk kembali ke Lucerne, selesai menyantap Samosa isi kentang yang hangat di kaki Titlis kami segera menuju ke point shuttle menuju stasiun Engelberg. Perjalanan pulang lebih terasa singkat dari berangkat tadi pagi, karena letih membuat kami mengisinya dengan tidur di sepanjang perjalanan kereta. Setibanya di kota kami langsung menuju Chapel Bridge yang memang dekat dengan stasiun.

Papan petunjuk berapa lama lagi bis sampai di halte

Lucerne
Kapellbrücke (Chapel Bridge)
Salah satu situs bersejarah di Lucerne yang sempat kami kunjungi adalah Kapellbrücke, sebuah jembatan tua kayu beratap yang sudah berdiri sejak tahun 1333 membentangi Sungai Reuss lengkap dengan sebuah menara di tengahnya. Menara tersebut sudah lebih dulu berdiri dan dikenal dengan nama Water Tower. Menara di tengah air yang terbuat dari batu-bata ini dulu berfungsi sebagai penjara dan tempat penyiksaan. Nama Chapel Bridge sendiri berasal karena lokasinya yang dekat dengan Kapel St.Peter. Chapel Bridge dibangun untuk melindungi kota Lucerne, sebagai penghubung kota tua dan baru. Sembari menyeberang kita juga bisa menikmati lukisan-lukisan dari abad ke-17 yang bercerita tentang sejarah Lucerne pada bagian penghubung atap bagian dalamnya. Sebagian besar lukisan berbentuk segitiga tersebut nyaris pudar termakan usia, tapi ada juga yang masih jelas karena hasil rekonstruksi akibat kebakaran di tahun 1993.

Chapel Bridge di kala senja
Pemandangan dari atas jembatan, di sisi kanan adalah sekumpulan hotel dan restoran ternama
Bagian dalam jembatan lengkap dengan lukisan segitiga-nya
Masih di seputaran Kapellbrücke, berpapasan dengan pengamennya Swiss. Yang pasti kalau melihat penampilan mereka pasti langsung mengingatkan kita pada iklan Ricolaaaa.... (yang masih kenal iklan ini bisa ditebak deh kelahiran era kapan ^.^). Alat musik yang berupa terompet dengan panjang sampai menyentuh lantai ini disebut Alphorn atau Alpenhorn. Pada awalnya sering digunakan di daerah pegunungan sebagai alat komunikasi, tidak heran selama dimainkan gemanya bisa terdengar sampai ke seberang Chapel Bridge.

Kebayang capeknya niup alat musik yang satu ini
Lambang ini tersebar di seluruh penjuru Lucerne, bahkan sampai ke dalam gereja
Sebelum meninggalkan Lucerne ada beberapa kisah menarik seputar Swiss, tepatnya Lucerne. Selama berkeliling di kota ini ada lebih dari sekali kami ditolong penduduk lokal saat tersesat, dua di antaranya bahkan tanpa kami meminta. Mereka langsung menawarkan bantuan begitu saja ketika melihat tampang-tampang kebingungan kami di pinggir jalan "Can I help you?" Bahkan ada yang sampai menawarkan diri mengantarkan kami lewat jalan tikus (motong komplek rumahnya) karena searah. Iseng bertanya ternyata ia baru selesai fitness, tapi masih berjalan cukup jauh lagi ke rumahnya. Jadi bisa disimpulkan mereka rajin berjalan kaki, kebayang kan betapa manjanya kita di Indonesia. Tapi semua itu dimungkinkan karena udara di Swiss nyaris bebas polusi, kalau Indonesia seperti itu mungkin kita jadi rajin juga (alasan banget ya...). Fakta menarik berikutnya masih terkait dengan udara bersihnya Swiss, di tanda terima hostel kami ada rincian biaya CO2. Yang artinya kita sebagai turis asing dikenakan biaya tambahan atas CO2 yang kita keluarkan selama tinggal di sana. Oiya, kota Lucerne ini juga nyaris tidak ada kehidupan di malam hari. Jam delapan malam saja sudah seperti kota mati, mungkin karena hari kerja juga. Yak, kisah-kisah tersebut mengakhiri perjalanan kami di kota Lucerne, Swiss sampai ketemu di belated post berikutnya...

Cerita Kuliner Eng's resto @ Muara Karang - nuraisya blog

Perhaps many of you already know or been to this small restaurant, beseem since Eng's Resto is an old player in this business. Since 1980 Eng's was a homemade industry producing "Asinan" and "Rujak Juhi" with the name "Asinan Bandung Ci Eng", later on in the year of 2004 it established as a restaurant. Located lining up with other restaurants at Muara Karang, doesn't lessen it's customers. Eng's Resto already has it's own eminence, especially in providing high quality, modern and affordable Indonesian food.

Since 1980, wow that's quite an achievement there
Elegant and minimalist at front
"Kerupuk Ikan" or fish crackers in jars
Nothing much to describe for the interior, they manage to maximize this small place into a comfortable, modern and chic restaurant. It's so easy to fall in love with the design, too bad I didn't have the chance to take the picture of it since there's quite plenty of guests eating there at the time. So lets move onto the menus...

FOOD

Asinan Bandung Sayur
IDR 23.000
The famous dish here, typical pickled dish from Bandung. You can choose for the main ingredient between all vegetables, fruits or mix of the two. The one in the picture all vegetables except for cabbage (by request, since my stomach can't bear it). Two thumbs up for this dish, especially when accompanied with Kerupuk Mie. 

Kerupuk Mie + Bumbu
IDR 16.000
Noodle crackers only or with peanut sauce for additional price, I simply recommend for peanut sauce companion. If you like crunchy snacks, it will boost the flavor of your main dish. Even we order the second round of these.

Urap Sayur
IDR 15.000
Steamed vegetable such as spinach, bean sprouts, beans then covered with seasoned and spiced grated coconut for the dressing. The dressing is delicious and the vegetable steamed just right, cooked but not overcooked you can see it directly by their fresh color.

Lotek
IDR 15.000
You know Gado-Gado? Then you should be familiar with this dish. They basically the same, Indonesian Salad of vegetables and peanut sauce dressing. Lotek is the name of gado-gado in Sundanese and Javanese. This one is typical of gado-gado from Bandung with lettuce, cucumber, beans, bean sprouts, cabbage (another exclude), peanut sauce mixed together then sprinkled with fried onions and crackers.


DESSERTS

Es Campur
IDR 15.000
The famous Indonesian dessert, shaved ice with sliced jackfruit, coconut, grass jelly then poured with syrup and garnished with tapioca pearls.

Es Kalamur
IDR 15.000
Shaved ice with mung beans and coconut slices. This refreshing dessert is not too sweet so it will suit for you who's avoiding sugar or sweets.

Es Kacang Merah
IDR 15.000
Almost the same with Es Kalamur, only this time red beans replacing the coconut slices.

* All prices above already include Government Tax 10% (Net Price)

And that's all I can share about Eng's Resto for now. So whenever you look for good Indonesian food you can always visit this place. Or you can simply pick up your phone for delivery if you happened to live nearby. They also provide lunch boxes, catering, Nasi Tumpeng and other Indonesian snacks. For more detail you can check their website at the link below. See you later on my next posts bye ^.^


Eng's resto
Jl. Muara Karang blok O 8 Timur No. 62
Jakarta Utara
Phone: 021 669 0874

Cerita Kuliner Podium Resto @ Lorin Sentul Hotel - nuraisya blog

Lorin Sentul Hotel is a Business Hotel ideally located in Sentul International Circuit, Bogor which offer sport and entertainment atmosphere to stay or just stopping by. Not like any of it's predecessor Lorin Solo or many successors from LIH (Lor International Hotels)Lorin Sentul Hotel that established at 21st May 2011 was designed as a perfect match for Sentul International Circuit. You can easily notice at it's racing car at front, tablecloths with racing flag's motif, racing flag plate at room numbers and many more around the hotel area. LIH is a national hotel chain that stands in the proud tradition of Indonesian hospitality. The growing business in the region had created opportunity for society to travel for business purposes and seek a new standard of accommodation at affordable rate. Whether traveling for business or leisure, you can find more value for less at all of their convenient locations including city, centers, suburban, interstate, small towns, airport, convention properties and resort hotels. For Lorin Sentul Hotel it's advantage would be Sentul International Circuit itself and Palm Hill Golf Club.

Lorin Sentul Hotel
Lorin still expanding it's capacity to 350 rooms
Facing the International Circuit with modern architecture, luxurious garden and supported with elegant function room for meeting, convention and exhibition for up to 400 guests. Also providing 136 Superior Rooms, 8 Junior Suites, 1 President Suite and it's private bar, 7 meeting rooms, spa & massage, swimming pool, gazebo at the terrace, playing ground for children and of course free wifi. And our hero for today is Podium Resto n' Bar that serves various Indonesian, Asian and Western dishes with capacity up to 120 persons.

A bronze car race with the number 21 at the lobby of Lorin
Sentul International Circuit
Small pond at gazebo
Swimming pool next to Podium Resto. 
Diving in had crossed my mind as soon as I see it, but I had to put that thought away.
You can bring and eat your food here to for a change, while enjoying the sun
Let's take a quick look at Podium Resto while waiting for lunch time. Noticing another sporty touch with the helmets and signed photos of the world famous racers along the wall. The color of Black and white from racing flag also dominating the room from the walls to furniture. Finished looking around, now is the perfect time to queue at the center to enjoy the buffet from Podium Resto.

I'm not a fan or familiar with motor racing but I'll bet they're famous
Podium Resto before lunch time
Buffet
We were so lucky despite we're invited to taste Lorin's new menus, they also offered us to enjoy their buffet during lunch which of course all tasty. Amongst all there's two dishes I enjoyed the most, they are "Soun Goreng" and Mayonnaise Shrimp Rolls. At the corner you can find fresh fruits and Salad Bar, a table full of fresh vegetables with various toppings and dressings. 

Salad Bar
Fruits
Finally reaching our prime destination today
Having fun enjoying the buffet now it's time to taste Lorin's new dish made of ribs, yes I'm talking about ribs here. There's five dishes in total, two of them are soup. Can't wait to taste all of them... 


FOOD

Iga Bakar Bumbu Kecap
IDR 79.000 69.000 (promo price)
Ribs grilled with thick and sweet soysauce, then served with various garnish and a bowl of rice. The ribs crisp and tender. And a bit advice to taste the full potential of this dish, eat it before it get cold.

Iga Bakar Balado
IDR 79.000 69.000 (promo price)
Grilled ribs with Balado dressing, minced chili with various spices such as onion, garlic, lemon that stir-fried together. As a mix of Padang this one is my favorite grilled ribs here.

Iga Bakar Blackpepper
IDR 79.000 69.000 (promo price)
Next one has a western touch with it, grilled ribs with black pepper sauce poured on top and mashed potato as it's companion replacing the rice.

Sup Iga Garang Asam
IDR 79.000 69.000 (promo price)
Soup with various spices, cow ribs and "asam" as the ingredients. My number one pick from all of the new ribs menus here. You can feel savory from the ribs and refreshing tart that come from "asam" in one bowl creating a perfect harmony.

Sup Iga Circuit (Lorin Special)
IDR 79.000 69.000 (promo price)
Lorin's ribs soup almost looked like any ordinary ribs soup you can find elsewhere. But they manage to make the ribs meat so tender and easy to cut or chew. Not mentioning the thick flavor coming from the broth, make it more special.

DRINKS

Almond Coffee Latte
IDR 30.000

White Line
IDR 25.000 (promo price)
New mix from Lorin, using tropical fruit like pineapple mixed with coconut milk and milk sure a success to delivered soft, juicy and refreshing drink for a hot day.

Green Podium Mocktail
IDR 25.000 (promo price)
This time the pineapple has a new team in it's mix, introducing lime and chinese green cabbage that resulting in green, healthy and refreshing drink. If you can't stand the bitter taste (only a bit bitter)  you can add syrup provided with it, but I like it better as it is.

* All prices above are subject to 21% Goverment Tax & Service
  Some prices may change when promo period end

Selfie nope manyfie time...
(courtesy of Marisa from www.basilicha.com)
Okay, that conclude my story about our visit to Lorin Sentul Hotel, many thanks to Mr. Adriantomo and Miss Dinda for the invitation. For the accomodation from the start 'till the end was a pleasant. Hoping you all reading this will join our memorable journey here by visiting Lorin Sentul Hotel. For more detail about the hotel you can check it from the link below. Byeee and see you on my next post ^.^


Sentul Circuit (Exit Toll KM 32), Citeureup
Bogor - Indonesia