10 September 2013
Masjid Sultan Ahmed
Setelah perut kenyang diisi, si ganteng pun menggiring kami menuju Masjid Sultan Ahmed atau yang lebih sering dikenal dengan Masjid Biru karena interior dan eksteriornya yang didominasi dengan warna biru. Penamaan Masjid Sultan Ahmed sendiri diambil dari nama Sultan Ahmed I, yang naik tahta pada usia 14 tahun sebagai Sultan Ottoman yang ke-14. Pada usianya yang ke-19 beliau menugaskan Sedefkar Mehmet Aga untuk membangun masjid yang megah ini. Dedikasi Sang Sultan sendiri terlihat dengan turut bekerja sebagai buruh saat pembangunan masjid tersebut, yang memakan waktu sekitar 7,5 tahun untuk rampung.
|
Masjid Sultan Ahmed dari kejauhan |
Untuk bisa masuk ke masjid ini harus berpakaian sopan, untuk pria maupun wanita harus mengenakan bawahan melebihi lutut. Sedangkan untuk wanita harus menutupi bagian atas tubuh dan kepala, seperti gambar peringatan di atas. Tapi jangan khawatir tempat ini cukup bersahabat untuk para turis selain gratis biaya masuk, di pintu masuk juga disediakan kain penutup yang bisa dipinjam dan plastik untuk membawa alas kaki yang harus dilepas selama berada di dalam masjid.
Masjid Sultan Ahmed memiliki 6 menara di sekelilingnya yang berfungsi untuk mengumandangkan adzan lima kali sehari ke berbagai penjuru, 1 kubah utama dan 8 kubah yang lebih kecil di sekelilingnya. Sedangkan untuk bagian interior dikelilingi oleh 4 pilar besar utama, dengan kapasitas muatan maksimal bisa mencapai sekitar 10.000 umat. Ditemani dengan lampu-lampu yang bertebaran di atasnya dan karpet yang khusus dibuat hanya untuk Masjid Sultan Ahmed, merupakan pemandangan yang luar biasa dan susah dilupakan.
|
Interior salah satu pilar dengan kaligrafi-nya |
|
Interior kubah Masjid Biru |
|
Lampu-lampu seperti bintang yang menaungi umat yang sedang memanjatkan doa di bawahnya |
|
Karpet yang khusus dibuat dengan tangan melapisi lantai masjid |
Hippodrome of ConstantinopleSetelah puas berfoto-foto kilat di dalam Masjid Sultan Ahmed (kilat karena kami hanya diberikan waktu bernarsis ria sekitar 10 menit), kami pun digiring keluar dari pintu depan ke pelataran Sultan Ahmed. Pada zaman Romawi pelataran tersebut merupakan arena olah raga dan tempat perkumpulan. Hippodrome sendiri berasal dari bahasa Yunani, hippos (kuda) dan dromos (jalur) yang bisa diartikan pacuan kuda yang memang populer di masa itu. Setelah di-ekskavasi sekitar tahun 1950-1951 sampai dengan sekarang Hippodrome sudah menjadi salah satu tempat publik di Istanbul dan kini lebih dikenal dengan nama Sultan Ahmet Square. Beberapa peninggalan yang masih bisa dilihat adalah Serpent Column, Obelisk Theodosius, Walled Obelisk, Patung-Patung Porphyrios. Lagi-lagi kami diberikan waktu sekitar 10 menit untuk bernarsis ria di sini. Selesai puas foto-foto saatnya untuk lanjut ke tempat wisata selanjutnya, di review selanjutnya pula... elveda ^-^
|
Obelisk Theodosius |
|
Mejeng bersama Leny di depan Serpent Column |
|
Salah satu mural di Sultan Ahmed Square |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar