|
Patung penjaga di depan jembatan masuk pintu utama Angkor Wat |
Demikian sejarah singkat tentang Angkor Wat, lanjut ke pengalaman pribadiku selama mengunjungi situs bersejarah tersebut. Kami memasuki Angkor Wat dari pintu masuk belakang, setelah melewati jalur komplek hutan akhirnya bangunan utama pun terlihat. Sedikit kontras dengan jalur masuk dari depan yang melalui jembatan panjang menyeberangi telaga air yang disambut dengan pelataran dan kolam kecil. Setelah melewati gerbang masuk belakang yang agak rusak, pintu masuk belakang hanya berupa pagar kayu yang langsung tembus ke dalam candi. Setelah memasuki galeri candi, untuk bisa naik ke menara utama di tengah candi tiket Angkor akan diperiksa kembali oleh petugas. Selain memeriksa kecocokan wajah pada tiket, kita juga diharuskan berpakaian sopan dan dilarang mengenakan topi selama mendaki naik ke atas (karena cari cepat aku langsung menitipkan topi ke tante yang saat itu tidak ikut naik). Sembari naik ke atas dengan sendirinya aku menyadari alasan kenapa ada larangan mengenakan topi, di sela-sela tangga kayu yang aku injak banyak terdapat botol air kosong dan topi yang terselip di sela-selanya. Mungkin karena terbawa angin, yang memang semakin kencang saat mendekati puncak tangga. Setelah sampai di puncak kita bisa mengelilingi lorong-lorong di mana di setiap sisi dalam terdapat altar pemujaan Budha. Sedangkan di sisi luar kita akan disuguhkan pemandangan komplek candi Angkor Wat.
|
Semua sudut Angkor Wat terlihat mirip agak berbahaya buat yang buta arah |
Setelah pas mengelilingi satu putaran aku pun segera turun, karena sudah terpisah dari rombongan alhasil sibuk cari jalan keluar sendiri di tengah komplek candi yang setiap sudutnya hampir mirip ini. Untung saja sempat berpapasan dengan tour guide dari kelompok lain dan ternyata jalan yang kuambil sudah benar (berpatokan pesan dari tour guide-ku, jangan ambil jalan yang sama dengan jalan masuk karena tempat berkumpul kami di pintu sebaliknya). Setelah berhasil keluar dari bangunan utama dari pintu masuk depan, aku segera menuju tempat berkumpul rombongan. Karena berputar-putar di dalam tanpa mengenakan topi, jadilah yang diserbu pertama kali adalah penjaja kelapa yang kebetulan memang banyak ditemui di situ. Cukup dengan $1 satu buah kelapa utuh bisa langsung dinikmati. Bila airnya sudah habis kita minum, kita bisa menyerahkan buah kelapa tersebut ke penjualnya untuk minta dibelah. Dari belahan kelapa tersebut ia akan membuatkan sendok dari batok kelapa yang bisa kita gunakan untuk mengeruk daging kelapa yang lembut tersebut. Setelah puas melepaskan dahaga, kami digiring menuju pintu masuk utama. Sambil sejenak mampir untuk berfoto di danau kecil di depan Angkor Wat. Dengan ini berakhir sudah perjalanan kami di komplek Angkor dan kota Siem Reap. Sekembalinya kami dari sini, kami langsung melanjutkan perjalanan ke kota Phnom Penh, ibukota dari Kamboja.
Buat yang ingin ke Angkor Wat, ada sedikit pesan dari tour guide kami kalau pemandangan di sini kala purnama katanya sangat spektakuler. Sehingga banyak turis manca negara yang khusus datang pada saat purnama dan bermalam di sini untuk sekedar menikmati pemandangan atau mengabadikannya lewat lensa kamera. Sedangkan saran pribadi saya adalah untuk bisa puas mengelilingi komplek Angkor minimal kita harus meluangkan waktu 1 hari penuh (itu pun masih jauh dari cukup, karena jumlah candi-candinya yang mencapai angka seribu lebih). Demikian liputan saya kali ini, sampai jumpa di liputan berikutnya ^.^
|
Gerbang masuk belakang Angkor Wat |
|
Tampak belakang dari Angkor Wat (dari sinilah kami masuk hari itu) |
|
Meniti tangga menuju ke puncak menara Angkor Wat |
|
Pemandangan ke arah gerbang masuk depan dari atas menara Angkor Wat |
|
Salah satu relief di Angkor Wat dengan kostum tarian Khmer yang terkenal "Apsara" (sama dengan gambar magnet yang kubeli) |
|
Jejeran patung Buddha di salah satu selasar Angkor Watt |
|
Pemandangan andalan Angkor Wat, kolam cermin yang merupakan salah satu spot laris buat ajang narsis dan foto-foto |
|
Inilah wujud gerbang masuk depan Angkor Wat (kami malah keluar dari sini, agak terbalik) |
|
Jembatan panjang menuju ke gerbang masuk depan, dengan menyeberangi telaga buatan |
|
Berfoto dengan tour guide kami hari itu, Pak Aziz yang sangat fasih berbicara dalam bahasa Indonesia (benar-benar Indonesia, bukan logat Melayu) Untuk yang berminat memakai jasanya boleh klik di sini |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar